Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung
kau pangkas. Barsemai satu langsung kau injak. Menyeruak satu langsung kau
cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin
bagimu, kau malu mengakuinya walaupun kau sedang sendiri. Dan kini, tunas-tunas
perasaanmu tak bisa kau pangkas lagi. Semakin kau tikam dia tumbuh dua kali
lipatnya, semakin kau injak helai daun barunya semakin banyak. Dan, kau bahkan
memutuskan untuk menyiram mati hingga ke akar-akarnya perasaan itu,
membakarnya. Kau membunuh perasaan itu seketika tanpa ampun saat pertama kali
bersemi.
Orang yang memendam perasaannya sering kali terjebak oleh
hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan
hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun
mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata mana
simpul yang dusta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar